Selasa, 25 Oktober 2011


TAWURAN ANTAR PELAJAR
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat bahw tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu.
Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja. Keresahan tersebut sendiri merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Dari segi politik, hal tersebut dimanfaatkan oleh para pemegang otoritas untuk melanggengkan status quo-nya. Mereka memanfaatkannya dengan cara membangun opini publik bahwa para pemuda di Indonesia masih balum mampu menduduki otoritas kekuasaan politis di Indonesia.
Tawuran antar pelajar yang marak terjadi di Jakarta, salah satu penyebabnya adalah gagalnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Itu sebabnya, sekolah dalam hal ini guru perlu mencari solusi agar persoalan pendidikan karakter ini bisa ditanamkan  kepada setiap diri siswa.
Jika pendidikan karakter ini sudah tertanam pada setiap diri siswa, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (Uhamka) Prof Suyatno yakin bahwa tidak hanya persoalan tawuran antar pelajar yang bisa terselesaikan. Karena dalam pendidikan karakter, tidak hanya mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang bertanggungjawab, tetapi sekaligus mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dalam hidup. Seperti nilai penghargaan pada guru dan orangtua, keimanan dan ketakwaan, ahklak mulia dan sebagainya.
Suyatno mengatakan bahwa pendidikan karakter yang selama ini diberikan bersifat integral dengan mata pelajaran lain. Tidak diberikan secara khusus kepada siswa. Padahal pendidikan karakter ini bisa diberikan secara khusus melalui ilmu-ilmu sosial. “Sayangnya, dalam dunia pendidikan, ilmu sosial seperti kurang diminati oleh masyarakat,” lanjut Suyatno.
Ilmu sosial dikatakan Suyatno hanya akan dipandang oleh masyarakat jika pecah kerusuhan, muncul tawuran pelajaran dan tindak kekerasan lain. “Sepertinya ilmu sosial hanya sekedar menjadi pemadam kebakaran saja,” tambahnya. Itu sebabnya, ia menilai perlunya upaya-upaya dari guru ilmu sosial untuk mendongkrak dan mengubah imej ilmu sosial ini. Bahwa ilmu sosial keberadaannya sejajar dan sama pentingnya dengan ilmu eksakta.


Minggu, 23 Oktober 2011

ISD

PENGERTIAN KELUARGA
Dibawah ini terdapat pendapat dari para ahli mengenai pengertian keluarga ,yaitu sebagai berikut :
·         Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

·         Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

·         Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
dan hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran social suami, istri, anak, kakak dan adik . Mempunyai tujuan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
Fungsi – fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
1. Fungsi biologis :
·         Meneruskan keturunan
·         Memelihara dan membesarkan anak
·         Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
·         Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
  • Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
  • Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
  • Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
  • Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi ekonomi :
·         Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
·         Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
·         Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
4. Fungsi pendidikan :
·         Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
·         Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
·         Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
PENGERTIAN INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.

1. Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama

2. Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan

3. Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.

4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut

Pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia. :
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.\
Dengan demikian  dapat disimpulkan  Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
  • Hubungan individu dengan dirinya sendiri
Hubungan individu dengan diri sendiri terdapat 3 sistem kepribadian, yaitu ID ( ES ), EGO dan SUPER EGO. Jika EGO gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari ID dan larangan dari SUPER EGO maka individu akan mengalami konflik batin terus – menerus.
  • Hubungan individu dengan keluarga
Hubungan individu dengan keluarga terdiri dari hubungan biologis, psikologis dan social.
  • Hubungan individu dengan masyarakat
Hubungan individu dengan masyarakat sebagai lingkungan makro terdiri dari sifat – sifat makro ( mencakup komunitas, keluarga, lembaga dan individu ), lebih bersifat abstraksi.
  • Hubungan individu dengan nasion atau jiwanya
Nasion adalah suatu jiwa, asas spiritual dan solidaritas yang terbentuk oleh perasaan. Hubungan individu dan nasionnya itu sendiri merupakan posisi dan peranan yang ada pada diri sendiri