Rabu, 18 April 2012


KEBUDAYAAN PERMAINAN  TRADISIONAL YANG HAMPIR PUNAH
1.       Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari BAHASA SANSEKERTA yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Andreas Eppink, “ kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat “. Menurut Edward Burnett Tylor, “ kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat “. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, “ kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat “ .
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.


2.      Pengertian Permainan Tradisional

Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.

Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. Menurut Pellegrini (1991: 241) dalam Naville Bennet (1998: 5-6) bahwa permainan didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut: (1) Permainan sebagai kecendrungan, (2) Permainan sebagai konteks, dan (3) Permainan sebagai prilaku yang dapat diamati.

Bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat (Sukirman D, 2008:19). Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional (Cony Semiawan. 2008: 22)

Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan dalam hal ini adalah pola perilaku masyarakat khususnya anak-anak yang telah melupakan permainan tradisional. Di era globalisasi semacam ini, nilai kebudayaan Indonesia, sedikit demi sedikit hilang akibat dari adanya  banyak teknologi yang beredar sekarang. Anak – anak yang dulunya suka bermain GALASIN, CONGKLAK, PETAK UMPET, GASING, KELERENG, EGRANG dan sebagainya. Sekarang udah tidak ada  yang memainkan permainan seperti itu, mereka kebanyakan pergi ke warnet, menonton tv atua bermain Play Station yang hanya duduk diam memainkan permainan dalam layar monitor dan sebagainya. Dan itu pun menghabiskan uang.
 
Mereka sudah melupakan permainan tradisional yang mereka anggap seperti jadul ( zaman dahulu ) padahal permainan tersebut mempunyai banyak keunikan, kesenian dan manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga membantu meningkatkan daya otak, seperti permaian. Misalnya, Galah asin yang juga sebut gobak sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari kebudayaan Indonesia.  Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Permainan ini memerlukan kerjasama yang bagus dari tiap masing – masing tim.

Ada juga permainan yang pada zamannya paling digemari oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD), permainan Petak Umpet , Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup mudah, dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi. Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya tersebut. Permainan ini membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan terhadap musuh.

Banyak faktor yang mempengaruhi Permainan tradisional hampir punah bahkan sudah sangat jarang sekali anak-anak memainkannya, antara lain sebagai berikut :

1. Arus globalisasi dan perkembangan teknologi melahirkan dan menyuguhkan berbagai permainan elektronik yang dianggap lebih menarik dan variatif seperti: play station, Nintendo, robot-robotan,mobilremote,dll.


2. Tidak adanya pengenalan dan pengetahuan dari orang tua terhadap anak mereka tentang permainan tradisional karena kesibukan orang tua di dalam pekerjaan. Bahkan terkadang orang tua lebih suka anak mereka bermain dengan layar dan barang elektronik yang berbasis IT,alasannya agar anak lebih betah dirumah.

3. Berbagai fasilitas-fasilitas yang menyenangan dan lebih menjanjikan.
Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut anak akan lebih suka dengan sesuatu yang bersifat praktis. Dan itu akan mengubur dan mengalihkan permainan tradisional dari fikiran anak-anak.

Dari beberapa faktor diatas, sangat di sayangkan jika permainan tradisional hilang dari kita karena anak-anak tidak akan bisa merasakan keriangan bersama di saat-saat memainkan permainan tradisional yang belum tentu bisa di dapatkan dalam permainan modern. Agar permainan tradisional tetap bertahan kita perlu melestarikan dan menjaganya dan bagi para orang tua tidak perlu khawatir untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anaknya sebab permainan tersebut sangatlah penting bagi perkembangan jiwa , fisik dan mental anak.

Selain itu permainan tradisional juga dapat mengembangkan kecerdasan spiritual anak, mengembangkan kecerdasan music, mengembangkan kecerdasan spasial, Mengembangkan kecerdasan intelektual dan masih banyak manfaat yang terdapat pada permainan tradisional.

referensi :
wikipedia 
http://moharifikaha.blogspot.com/