Jumat, 01 Juni 2012

KEBUDAYAAN MASYARAKAT MALUKU


Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.
Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.
Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa)namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir), setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.

Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah mati dalam perang rempah-rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).
Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesoelima dan Harvey Malaihollo. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo serta penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Glen Fredly, Ello Tahitu dan Moluccas. Tari yang terkenal adalah tari Cakalele yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.
Tarian yang merupakan penggambaran pergaulan anak muda adalah Katreji. Tari Katreji dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
Selain Katreji, pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.

BUDAYA MEMBERI SALAM DAN MENCIUM TANGAN YANG HAMPIR PUNAH


Tak akan ada habisnya membicarakan tentang negeri tercinta kita ini. Negeri yang kaya akan Sumber Daya Alam, kebudayaan dan adat istiadat. Namun pengaruh globalisasi membuat budaya yg asing masuk ke negeri ini mengakibatkan tergesernya kebudayaan dan adat istiadat yang menjadi jadi diri negeri ini. Tidak seharusnya jati diri negeri ini tergeser oleh kebudayaan - kebudayaan asing. Sebenarnya permasalah itu terletak kepada masyarakatnya sendiri. Mengapa masyarakat indonesia lebih membanggakan dan menirukan kebudayaan asing dari pada kebudayaan negerinya sendiri ? padahal masyarakat asing pun terkesan oleh kebudayaan dan adat istiadat negeri ini.
          Menurut survey , remaja jaman kini merasa malu untuk melakukan hal - hal yang sesuai dengan adat istiadat daerah masing - masing, karena mereka beranggapan bahwa hal tersebut sudah jadul, tidak jaman lagi. Itulah yang menyebabkan kebudayaan negeri ini semakin lama semakin luntur. Tanpa terasa remaja kini mulai meninggalkan kebudayaan. Sebagai contoh kecil bagaimana zaman muda oarang tua kita dulu yang selalu menghormati orang yang lebih tua seperti orang tua dan guru. Ketika guru mulai masuk halaman sekolah dan turun dari sepeda , murid - murid berlarian untuk mencium tangannya , mengucapkan salam dan membawakan sepedahnya ke tempat parkir. Adakah hal itu kita lakukan sekarang ??? Ketika naik kendaraan umum seperti bus dan kereta api ada orang tua yang tidak mendapatkan tempat duduk , apakah kita generasi muda siap untuk memberikan tempat duduk kepada mereka?? Hal - hal kecil lainnya yang mulai luntur juga adalah mencium tangan orang tua, gotong royong , senyum dan sapa saat bertemu, bermusyawarah dan tangan kanan untuk hal yang baik.
Meskipun contoh diatas adalah merupakan hal - hal yang kecil , namun akan sangat berdampak dalam pembentukan karakter generasi muda yang akan datang. Dan kelemahan negeri ini untuk melakukanperubahan adalah kurangnya kesadaran masyarakat, kurangnyapembelajaran budaya, dan minimnya komunikasi budaya.


Perubahan teknologi dari hari ke hari semakin cepat dan membantu kerjaan manusia. Tetapi perubahan teknologi pula yang menyebabkan semakin menipisnya sikap sopan santun diantara manusia saat ini. Dengan perkembangan teknologi audio visual kita disuguhi banyak tayangan yang tidak mendidik seperti banyak film yang memperlihatkan adegan kekerasan dan pornografi atau sex bebas. Coba kita lihat banyak film-film barat yang melegalkan ciuman antara wanita dan pria yang nota benenya bukan muhrim.
Banyaknya adegan yang tidak sesuai dengan budaya kita dari film-film luar negeri. Misalnya saja sekarang semakin banyak orang yang tidak merasa malu melakukan ciuman di ruang terbuka bahkan melakukan adegan khusus dewasa di tempat umum. Coba perhatikan perubahan anak-anak atau siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi kita. Dulu kita ketemu guru selalu memberi salam dan berjabatan tangan dengan mencium tangannya tetapi sekarang sudah semakin jarang dilihat tetapi masih ada yang melakukan itu.
Dulu jika ada dua orang yang sedang berbicara dijalan kemudian kita lewat ditengah-tengahnya maka kita mengucapkan kata-kata “punten”, “permisi” atau “maaf” tetapi sekarang sering melihat orang yang lewat slonong boy saja alias tidak pernah berkata-kata sopan seperti dulu. Mari kita lihat perubahan yang lain. Dulu sebelum kita berangkat ke sekolah biasanya berjabat tangan dengan kedua orang tua kita dan mencium tangannya. Tetapi sekarang sudah banyak anak yang hanya pergi cuma minta uang kemudian langsung berangka
TATA krama anak terhadap orang tua era kini berubah. Bukannya semakin membudaya malah mulai menghilang. Contoh kecil tradisi mencium tangan atau memberi salam yang sudah jarang dilakukan anak.
Sejak lahir kita sudah diperkenalkan dengan budaya, baik budaya nusantara atau budaya yang sudah di ajarkan sejak kita kecil, seperti mencium tangan orang tua, mengucapkan salam ketika akan pergi dan pulang, memberi yang membutuhkan, dan yang lainnya.
Anak yang berlaku sopan tentu tidak didapat begitu saja. Sebagai orangtua Anda perlu mengarahkan dan mengajarkan anak nilai-nilai yang penting, seperti sopan santun, berbagi, berempati, serta membantu orang lain. Pola pengajaran yang tepat bukanlah melalui nasihat, melainkan lewat contoh tindakan. Untuk itu sebagai orangtua Anda harus konsisten berperilaku santun karena orangtua merupakan role model bagi anak. Mengajar tata krama haruslah dimulai dari rumah dan ini menjadi tugas para orangtua. Sejak mula, biasakan anak untuk mengucapkan "terima kasih" atau "tolong" saat meminta bantuan. Berikut beberapa jenis "pelajaran" tata krama yang disesuaikan dengan usia anak.
Sudah saatnya kita mulai berbenah sebelum budaya dan tradisi ketimuran kita hilang ditelan derasnya budaya yang masuk ke Indonesia. Ternyata benar Indonesia memang sudah merdeka tetapi ternyata penjajahan kebudayaan telah berkembang dan berakar di bumi pertiwi ini. Mari kita lakukan perubahan.