"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Untuk kehidupan manusia terdapat
bermacam-macam jalan. Jalan yang ditentukan sendiri oleh manusia berdasarkan
keinginan dan tuntutan-tuntutan pribadi, jalan yang dilalui oleh masyarakat,
jalan yang dilewati oleh orang-orang tua dan orang-orang bijak kita, jalan yang
digariskan untuk masyarakat oleh para taghut dan penguasa lalim, jalan
kelezatan lahiriyah duniawi, atau jalan uzlah atau pengasingan diri dari segala
bentuk aktifitas sosial.
Di antara sekian banyak jalan dan berbagai
cara hidup, apakah manusia tidak memerlukan petunjuk untuk dapat menemukan
jalan yang lurus? Allah telah mengutus para nabi dan menurunkan
kitab-kitab samawi. Dan hidayah kita terletak pada ketaatan dan
kesungguhan kita dalam mentaati Rasulullah SAWW, Ahlul Bait, dan AlQuranul
Karim. Oleh sebab itulah dalam setiap salat kita memohon kepada Allah
agar menunjuki kita jalan-Nya yang terang dan lurus.
Jalan lurus adalah jalan tengah dan
moderat. Jalan yang lurus berarti jalan keseimbangan dan kemoderatan di
dalam segala urusan serta keterjauhan dari segala bentuk sifat ekstrim.
Sebagian orang dalam menerima pokok-pokok akidah mengalami penyimpangan,
sementara sebagian yang lain dalam amal perbuatan dan akhlak, dan yang lain
menisbatkan segala perbuatan kepada Allah sehingga menurut mereka manusia tak
lagi memiliki kehendak dan peran dalam menentukan nasib sendiri. Ada pula
orang lain yang menganggap dirinyalah yang menentukan segala urusan dan
pekerjaan sehingga menurut mereka Allah SWT tak lagi memiliki peran sama
sekali.
Sebagian orang kafir menganggap para
pemimpin agama Ilahi sebagai manusia biasa dan bahkan martabatnya lebih rendah
lagi, sebagai orang gila, misalnya. Di lain pihak, sebagian orang yang
mengaku beriman menganggap beberapa nabi seperti Nabi Isa Al-Masih as sedemikian
tinggi derajatnya sehingga mencapai batas ketuhanan. Pikiran
semacam ini menunjukkan penyimpang dari jalan yang lurus yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAWW dan Ahlul Bait as.
Al Qur'an Al Karim juga memerintahkan kita
agar menjaga keseimbangan dan jalan tengah dalam urusan ibadah, ekonomi dan
sosial. Beberapa ayat berikut ini adalah contoh yang akan kita tampilkan: Di
dalam ayat 31 surat Al-A'raf, Allah SWT berfirman yang artinya:"Makan dan
minumlah, akan tetapi janganlah kalian berlebihan". Di dalam ayat 110
surat Al-Isra' Allah SWT berfirman yang artinya: "Janganlah kalian
meninggikan bacaan shalat kalian dan janganlah memelankannya. Carilah jalan
tengah di antara keduanya". Demikian pula di dalam ayat 67 surat
Al-Furqan, Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang jika
menafkahkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula terlalu kikir. Mereka
mengambil jalan tengah di antara keduanmya".
Islam sangat menekankan agar anak berbakti
dan berlaku baik terhadap kedua orang tuanya, dan berkata, `wabil waalidaini
ihsaanaa` yang artinya, "Dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua". Sungguhpun demikian, Al Qur'an juga mengatakan, `falaa thuti`
humaa artinya, "Jangan engkau mentaati keduanya", yaitu ketika
kedua orang tua mengajak kepada perbuatan tidak baik.
Kepada orang yang mengejar ibadah dengan
mengasingkan diri dari masyarakat, atau orang yang beranggapan bahwa mengabdi
kepada rakyat adalah satu-satunya ibadah, Al Qur'an mengajukan shalat dan zakat
secara bergandengan dalam ayatnya yang berbunyi, `aqiimush shalata wa aatuz
zakaah` artinya "Dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat".
Kita tahu bahwa salat adalah hubungan
antara makhluk dengan Khaliq. Sedangkan zakat adalah hubungan antara sesama
makhluk. Orang-orang beriman yang sebenarnya adalah mereka yang memiliki dua
unsur sekaligus, yaitu daya tolak dan daya tarik. Di dalam ayat terakhir surat
Al-Fath, Allah SWT berfirman,
"Muhammad adalah utusan Allah. Dan
orang-orang yang bersamanya bersifat keras terhadap orang-orang kafir tetapi
berlemah lembut terhadap sesama".
Adapun poin yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ke 6 surat
Al-Fatihah ini adalah sebagai berikut:
Pertama, jalan kebahagiaan adalah
jalan yang lurus yaitu shirat al-mustustaqim. Karena:
- Jalan Allah yang lurus bersifat tetap, berbeda dengan
jalan-jalan atau cara hidup yang dibuat oleh manusia yang setiap saat
berubah-ubah.
- Jarak terpendek antara dua titik adalah garis lurus
yang merupakan sebuah jalan yang tidak lebih dan sama sekali tidak memiliki
belokan dan tanjakan. Sehingga dalam waktu yang sangat singkat ia akan membawa
manusia sampai ke tujuan.
Kedua, dalam memilih jalan juga
dalam usaha bertahan untuk tetap berada di atas jalan yang lurus, kita harus
memohon pertolongan dari Allah. Karena kita selalu berada dalam ancaman
kekeliruan dan kesesatan. Dan jangan dikira bahwa selama ini kita tidak pernah
mengalami kesesatan dan penyimpangan dan kita pun akan selamanya berada di
jalan yang lurus. Betapa banyak manusia di antara kita yang telah menghabiskan
sebagian umurnya dengan iman, namun dia melupakan Allah ketika telah memperoleh
kekayaan atau pangkat dan kedudukan.
Oleh karena pengenalan jalan yang lurus
adalah pekerjaan yang sulit, maka ayat selanjutnya selain menampilkan para
teladan bagi kita agar dapat mencontoh mereka dalam rangka menemukan jalan yang
lurus ini, juga menampilkan orang-orang yang menyimpang dari jalan ini agar
kita tidak tersesat seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar