"Hanya Engkaulah yang
kami sembah dan hanya kepada-Mu-lah kami meminta pertolongan."
Di dalam
ayat-ayat yang lalu Allah telah kita kenal bahwa Dia itu Rahman dan Rahim serta
Rabbul `Alamin juga Maliki Yaumiddin. Sementara oleh karena kehebatan
ciptaan-Nya dan nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung yang Dia curahkan kepada
kita, maka kita mengucapkan syukur dan pujian kepadanya dengan mengatakan Alhamdulillahi
rabbil `alamin.
Sudah
sepatutnyalah jika sekiranya kita menghadapkan diri kita kepadanya, dan seraya
mengakui ketidakmampuan dan kelemahan kita maka kita juga mengatakan bahwa kita
adalah hamba-hamba-Nya yang tulus. Kita ucapkan, Ya Allah, hanya dihadapan
perintah-Mu-lah kami menundukkan kepala, bukan dihadapan perintah selain-Mu.
Kami bukanlah hamba-hamba emas dan kekayaan duniawi juga bukan budak-budaknya
kekuatan dan kekuasaan imperialis.
Oleh karena
solat yang merupakan manifestasi ibadah dan penyembahan Tuhan ditunaikan secara
berjamaah maka umat Islam satu suara di dalam satu barisan secara kompak
menyatakan 'iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin' , yaitu bahwa bukan
hanya aku melainkan kami semua adalah hamba-hamba-Mu dan kepada-Mulah kami
memohon pertolongan. Ya Allah bahkan ibadah yang kami tunaikan ini pun
adalah berkat pertolongan-Mu. Jika Engkau tidak menolong kami, niscaya
kami akan menjadi hamba dan budak selain-Mu.
Kesimpulan
yang dapat diambil sebagai pelajaran dari ayat ini ialah sebagai berikut:
Pertama,
meskipun undang-undang yang menguasai alam materi dan formula-formula fisika
dan kimia kita yakini, namun semua itu berada di bawah kekuasaan Allah dan di
bawah kehendak-Nya. Karenanya, kita harus berserah diri kepada Allah, bukan kepada
alam. Hanya kepada Allah kita memohon bantuan, termasuk dalam urusan
materi.
Kedua,
jika dalam setiap solat dengan sepenuh hati dan khusyuk kita nyatakan bahwa
kita hanya menghambakan diri kepada Allah, maka kita tidak akan menjadi orang
yang congkak dan takabur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar